Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Untuk 2020, kepada 2021

 Untuk 2020, kepada 2021 Oleh: @leciseira  Sepanjang tahun ini, banyak sekali yang terjadi dalam hidupku. Aku menyaksikan banyak orang yang datang dan pergi. Banyak yang bertemu dan berpisah. Banyak yang bahagia dan dirundung duka. Banyak yang merangkul dan melepaskan.  Sepanjang tahun ini, banyak hal-hal yang membuatku mengerti makna kehidupan. Menjadikanku sosok yang lebih kuat dan bermanfaat. Setiap pengalaman selalu mengajarkan hal baru yang sebelumnya tidak aku ketahui. Aku diperkenalkan dengan orang-orang hebat yang menjadi alasan mengapa aku bisa seperti sekarang. Kamu salah satunya. Iya, kamu yang tengah membaca ini. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih. Berkat semangat dan dukungan darimu, aku bisa melangkah sampai sejauh ini. Aku bisa berdiri sampai sekokoh ini.  Aku tidak pernah bisa membayangkan seandainya tidak ada kamu yang menguatkanku kala terjatuh. Merangkulku dan membisikkan kalimat penyemangat sebagai penenang hati. Dan, selalu mendengarkan keluhku ketika bersedi

Mungkin Ada yang Salah dari Hati Kita

 Mungkin Ada yang Salah dari Hati Kita  Oleh: @leciseira Terkadang, kita sering sekali tidak mau mengerti situasi orang lain. Padahal, kita selalu saja ingin dimengerti. Kita sering berburuk sangka, tetapi anehnya kita benci ketika orang lain berburuk sangka pada kita. Kita sering sekali egois, semuanya hanya memikirkan diri sendiri.  Kita selalu merasa menjadi yang paling benar. Kita selalu sulit memaafkan seolah diri sudah menjadi yang paling suci dari dosa dan kesalahan. Kita selalu bersikap seolah kita adalah manusia panutan yang tak pernah mencicipi pahitnya dampak dari kesalahan yang kita lakukan.  Terkadang, kita sering lupa bahwa kita masih berstatus manusia yang banyak salah. Namun, masih saja kita sombong dan tidak mau memaafkan kesalahan orang lain. Berdalih bahwa itu dilakukan karena telah terluka begitu parah. Padahal, semua luka yang masih membekas di hati terjadi karena kita tak mencoba mengobati.  Kita lebih suka langsung melempar tuduhan dibanding bertanya dengan hati

HidupใƒผBeragam Kisah dan Rasa

 HidupใƒผBeragam Kisah dan Rasa Oleh: @leciseira Hidup ini memang tidak mudah. Sering kali datang masalah yang  menguji sabar, memaksa diri untuk lebih tegar. Hidup memang terkadang rumit. Senantiasa dihadapkan rintangan yang tak sekelumit.  Hidup ini memang selalu penuh tantangan. Kita dipaksa bertahan meski kaki sudah tak sanggup melangkah. Kita dipaksa tak menyerah meski selalu dihampiri air mata. Hidup ini memang tak selamanya indah. Ada banyak luka dan duka yang selalu menghiasi. Ada banyak kepergian dan kehilangan yang merupakan sesuatu yang pasti.  Hidup ini memang penuh dengan sandiwara. Ada yang bahagia, tetapi berpura-pura merana. Ada yang terluka, tetapi bersikap seolah baik-baik saja. Hidup ini memang tempat berbagi kisah. Tempat kita sama-sama melangkah menuju rida-Nya.  Hidup ini selalu dipenuhi beragam warna. Bukan berarti yang tak indah lantas hanya membawa kesedihan. Bukan berarti pula yang indah selalu membawa pada kebahagiaan. Hidup ini adalah sebuah perjuangan. Di man

Bukan Saya, Allah yang Keren

 Bukan Saya, Allah yang Keren  Oleh: @leciseira  "Wah, masyaallah, kamu hebat banget."  "Wah, kamu bener-bener menginspirasi aku. Bahagia banget bisa kenal orang kayak kamu."  "Wah, kamu masih muda karyanya udah banyak, ya. Keren banget, masyaallah. Jadi minder."  "Ajarin aku supaya bisa produktif kayak kamu, dong."  Setiap hari, entah berapa puluh kalimat pujian mengalir dari setiap orang. Memasuki celah-celah terkecil hati. Mencipta setitik noda keangkuhan yang awalnya tak tampak. Namun, karena dibiarkan terus-menerus titik kecil itu bersemayam tanpa ada usaha untuk membersihkan, hati yang semula putih, niat yang semula lurus, perlahan menjadi salah dan berbelok.  Disadari atau tidak, pujian itu lebih mengerikan daripada hinaan. Pujian seolah membangun dan menyemangati, padahal jika tak sesuai penempatannya justru bisa membunuh secara perlahan. Pujian itu jauh lebih tajam dibanding sembilu hinaan. Sekilas hinaan memang seolah menjatuhkan, tetap

Ya Allah, Aku Jatuh Cinta

 Ya Allah, Aku Jatuh Cinta  Oleh : @leciseira  Ya Allah, aku tak mengerti mengapa rasa ini hadir mengisi hatiku. Sejujurnya, aku takut. Aku takut tak mampu mengendalikan hatiku. Aku takut perasaan ini akan melumpuhkan imanku. Aku takut perasaan ini akan menjauhkanku dari-Mu.  Ya Allah, sejujurnya aku tak berani menyimpan rasa ini di hatiku. Aku takut membiarkannya terlalu dalam. Aku takut akan tenggelam. Aku takut tak bisa kembali ke permukaan. Aku takut tak bisa mengendalikan bahagia sehingga lupa akan semua batasan yang sejatinya ada.  Ya Allah, aku ingin menjaga kesucian hatiku. Namun, mengapa begitu sulit menepis perasaan ini? Aku tak ingin menodai cinta yang Engkau anugerahkan padaku, Ya Allah. Lantas, aku harus bagaimana? Aku harus melakukan apa agar cintaku tak ternodai hawa nafsuku sendiri?  Ya Allah, maafkan aku yang begitu sombong dan yakin dapat menjaga hati ini, padahal aku hanya manusia lemah yang senantiasa memohon perlindunganmu. Maafkan aku yang telah berani menjatuhkan

Menjadi Sahabat Al-Qur'an

 Menjadi Sahabat Al-Qur'an  Oleh : @leciseira Pernah tebersit di pikiranku untuk menjadi seorang yang senantiasa bisa bersahabat dengan Al-Qur'an. Yang tak pernah bosan meski selalu membacanya berulang-ulang. Yang tak pernah lelah menghafalnya meski dalam keadaan iman yang lemah. Yang tak pernah berhenti melafalkannya meski tubuh telah tak berdaya.  Sungguh, aku ingin bisa bersahabat dengan Al-Qur'an. Namun, mengapa rasanya begitu sulit? Mengapa aku lebih suka berlama-lama melihat beranda media sosialku dibandingkan berlama-lama melantunkan ayat-ayat yang sebenarnya senantiasa mampu menyejukkan hatiku? Ya Allah, ada apa dengan diriku? Ada apa dengan hatiku? Sungguh, aku ingin bisa menjadi sahabat Al-Qur'an. Yang semangatnya tak pernah melemah dalam menghafalkannya. Yang semangatnya tak pernah berkurang meski banyak godaannya. Namun, mengapa rasanya sulit sekali? Mengapa sulit untuk mengalahkan nafsu dan kemalasanku sendiri?  Ya Allah. Tolonglah hamba. Izinkan hamba agar

Jalan Kita Masih Panjang

 Jalan Kita Masih Panjang Oleh : @leciseira Pernah ada saat di mana aku ingin menyerah menapaki jalan ini. Jalan hijrah yang masih sangat panjang. Aku lelah. Aku lelah merasa terasingkan. Aku lelah dikatakan tak gaul. Aku lelah menghadapi godaan yang datang menghadang.  Bukannya aku tak ingin berjuang. Namun, kamu tahu betul, berjuang sendirian itu sungguh melelahkan. Aku tidak bisa, aku tidak sanggup. Sedangkan jalan yang harus kutempuh masih sangat panjang. Masih sangat jauh dari tujuan akhir kehidupan.  Dengan imanku yang hanya secuil ini, bisakah aku sampai ke tujuan? Tiketku menuju surga, sudahkah aku miliki? Aku tahu, masih ada begitu banyak lagi yang harus aku lewati. Masih ada banyak rintangan yang harus aku hadapi. Dan, aku berharap Allah selalu bersedia menguatkan langkahku.  Aku harap aku mampu terus memperbaiki diri. Aku harap aku tak cepat berpuas diri. Aku harap aku tak terlena dengan segala pencapaian diri. Aku harap aku terus sadar bahwa aku hanyalah manusia yang pada a

Kok, Masih Pacaran?

 Kok, Masih Pacaran?  Oleh : @leciseira  Sejak dulu, aku selalu bertanya, "Mengapa ada banyak sekali orang yang mengerti aturan agama, tetapi masih berpacaran?"  Bukan niat mau membandingkan ilmu agama satu orang dengan yang lainnya. Hanya, terkadang aku sedih, mengapa banyak yang mengabaikan hal ini. Tak jarang aku melihat mereka yang tak malu memasang status tentang pacar tidak halalnya dan mengabaikan fakta bahwa hubungan mereka adalah sesuatu yang tidak benar.  Pada zaman ini, banyak sekali kutemui orang-orang dengan ilmu agama yang jauh lebih tinggi dariku, tetapi masih tak ragu menyandang status seperti itu. Miris, memang. Aku paham betul, ilmu agama yang kumiliki masih jauh di bawahnya. Namun, aku sangat menyayangkan ketika melihat hal ini terjadi di depan mataku.  Hanya karena kedua pihak sama-sama saleh dan salihah, bukan berarti jalinan hubungan pacaran menjadi sebuah hal yang halal. Lagi, tak akan ada orang saleh dan salihah yang akan berpacaran karena mereka pasti

Menggadaikan Akidah

 Menggadaikan Akidah  Oleh : @leciseira  Tak mudah jalan awal yang aku arungi selama berhijrah. Terlebih, aku adalah seorang aktris teater. Tiga tahun lebih menggeluti dunia ini, sering sekali aku ditawari peran yang bagus, tetapi mewajibkanku untuk melepaskan jilbabku. Awalnya, karena aku begitu mencintai dunia ini, tak ada gundah sedikit pun di hatiku unguk menanggalkan jilbabku. Saat itu, bagiku mendapatkan peran yang hebat adalah yang terpenting. Aku ingin semua orang takjub akan bakatku. Aku ingin semua orang kagum melihat kemampuan aktingku.  Dahulu, aku sering merasa kesal  ketika ada orang yang memarahiku karena aku sering sekali menggadaikan jilbabku demi sebuah peran. Sungguh, rasanya aku lelah dinasihati setiap kali selesai memainkan peran yang membuatku harus menanggalkan jilbab. Memangnya kenapa? Ini hidupku, ini pilihanku, ini bakat yang ingin aku kembangkan. Orang lain tak berhak mencampurinya. Benar, kan?  Namun, itu dulu. Jauh sebelum Allah memperkenalkanmu dengan bida

Ya Allah. Aku Iri. Aku Cemburu

 Ya Allah. Aku Iri. Aku Cemburu  Oleh : @leciseira  Setiap kali aku melihat banyak orang yang selalu sanggup berlama-lama berinteraksi dengan Al-Qur'an, aku selalu cemburu. Aku iri. Mengapa aku tak bisa menjadi seperti mereka? Mengapa aku selalu malas melakukannya?  Setiap kali aku melihat banyak orang yang mampu konsisten menutup auratnya, aku selalu iri. Aku cemburu. Mengapa rasanya sulit sekali bagiku untuk melakukannya? Padahal, jauh di dalam lubuk hatiku, aku pun ingin melakukannya. Namun, selalu ada bagian dari hatiku yang seolah memberontak. Meski pemberontakan itu sudah berhasil aku kalahkan pun, selalu ada pihak yabg membuatku tak bisa menutup aurat dengan sempurna. Ya Allah, sesulit inikah jalan hijrahku?  Aku iri. Aku cemburu. Dengan banyak hati yang mampu menjaga kesuciannya. Sedangkan aku masih suka memendam perasaan yang tak seharusnya. Masih suka mengizinkan diriku jatuh cinta terlalu dalam selain pada-Nya.  Ya Allah. Aku cemburu. Aku iri. Mengapa sulit sekali menjad

Jalan Pilihan ๐Ÿ“

 Jalan Pilihan  Oleh : @leciseira  Ada banyak alasan yang membuatku menuliskan ini. Pertama, aku harap tulisan sederhanaku ini bisa senantiasa menjadi pengingat bagi diriku sendiri. Menyadarkanku kembali bahwa aku masih menjadi manusia yang berlumur dosa. Aku masih menjadi manusia yang senantiasa berbuat salah. Jadi, aku membutuhkan penguat agar bisa terus berpegang pada kebaikan. Agar meski banyak godaan yang menerpa pun, aku tak akan mudah goyah. Aku tak akan mudah menyerah.  Sejak aku memilih menapaki jalan ini, jujur saja, aku selalu takut jika aku akan sendiri. Pada zaman ini, banyak orang yang berusaha memperbaiki diri akhirnya perlahan akan terasingkan. Dijauhi dari khalayak karena terlalu berpegang teguh pada iman. Tak gaul, tak keren. Begitu katanya. Namun, banyak orang yang selalu menguatkanku. Mengatakan dengan lembut bahwa pada akhirnya Islam memang akan kembali dalam keadaan asing. Seperti ketika datang yang juga dalam keadaan asing.  Sebenarnya, ada banyak hal yang aku se

Tuhan, Aku Merindukannya - Senandika Rindu

Hai, Fer. Aku rindu. Namun, sepertinya hingga kini aku masih tak bisa menitipkan rinduku untukmu. Tak apa. Sekarang aku sudah baik-baik saja. Lihat, aku sudah bisa tersenyum. Baiklah, maaf. Aku tahu, kesedihan ini masih kupendam sendirian. Kukubur dalam-dalam agar tak seorang pun mengetahuinya.  Kau tahu? Aku tak ingin membuatmu bersedih. Aku tak ingin membuatmu terluka. Setidaknya ... tidak lagi setelah kau pergi.  Aku sangat ingin membagikan kisah ini pada dunia, tapi ... hei. Aku tak tahu entah harus dari mana kisah ini dimulai. Bagiku, sejak kepergianmu, kisah ini sudah berakhir. Tak ada lagi yang tersisa. Tak ada lagi yang harus aku katakan. Kau tahu? Seberapa sesak rindu yang selama ini menghinggapi dadaku?  Hei, Fer. Aku masih ingat senyum yang kau sunggingkan malam itu. Indah sekali. Rasanya, jika saja aku tahu kau akan pergi, aku tak akan pernah lepas dari senyum itu. Akan aku simpan rapat-rapat dalam memoriku. Agar aku tak akan pernah melupakannya. Jika saja aku tahu kau akan

"Jaga Lidahmu!" Hati-hati Membunuh Orang Lain dengan Perkataan!

"JAGA LIDAHMU!" Pernah denger kan, kutipan yang mengatakan bahwa "Lidah itu lebih tajam daripada pedang." Yap, itu bener. Bener banget  malah. Jadi, itu sebabnya kita mesti jaga lidah kita. Supaya nggak nyakitin hati orang lain! Lah, kok gitu? Iya! Karena, kita nggak akan pernah tau, sejauh mana perkataan kita bisa menyakiti hati orang lain. Kita nggak akan pernah tau, sejauh mana perkataan kita bisa membunuh mimpi orang lain. Dan kita nggak akan pernah tau, sejauh mana perkataan kita bisa melukai perasaan orang lain. Hei, nggak semua orang punya hati yang kuat! Banyak juga yang hatinya lemah. Yang nggak bisa denger kalimat kasar sedikit aja. Yang nggak bisa denger kritikan secuil aja. Yang nggak bisa denger hinaan sekelebat aja. Ada banyak orang yang hatinya lemah. Yang hatinya mudah terluka. Yang hatinya mudah merasa. Lantas, abis denger kalimat kita, jadi terpuruk, banyak pikiran, bahkan sampai sakit-sakitan. Nah, lho, ngeri, kan? I

Kalimat Penguat Dari Aku yang Rapuh

Untukmu, seseorang yang tengah merasa rapuh …. Sejujurnya, aku sendiri tak pantas menguatkanmu. Karena, aku yakin aku tak sekuat dirimu. Mungkin, aku lebih rapuh darimu. Benar, aku tak mengerti masalahmu. Aku tak mengerti duduk perkaranya. Aku tak mengerti kondisi yang kau alami, sekuat apapun aku mencoba memahaminya. Aku hanya orang asing yang bodohnya berusaha menenangkanmu. Berharap kau bisa lebih kuat dan sabar dalam menghadapi cobaan setelah mendapat sedikit wejangan dariku. Tapi aku tau, aku salah. Aku yang tak tau apa-apa soalmu, mana mungkin jadi penguatmu saat kau tengah jatuh. Kita baru saja saling mengenal. Bahkan sebelumnya tak pernah bertemu. Juga tak pernah berusaha mencari tahu lebih dalam. Tapi, bagiku kau selalu seperti kakakku. Meski seperti apapun kau menganggap hubungan ini. Sebelumnya, aku minta maaf karena aku sudah mencoba untuk mencampuri urusanmu. Bahkan terkesan selalu ingin mencampurinya. Betapa tidak tau dirinya aku ini. Aku tidak tau, jika sudah berh

Self Motivation-Jangan Bersedih. Ada Allah.

Pernah, nggak sih? Kita berada di titik yang bener-bener jatuh? Tapi, saat itu, semua orang cuma lihatin kita. Nggak ada yang peduli sama sekali. Kita cuma bisa nangis, nangis, nangis. Ya, kita memang hidup di zaman yang kejam. Zaman di mana orang-orang hanya memikirkan dirinya sendiri. Tetapi, sesekali kita juga butuh berkaca pada diri sendiri. Pernah nggak, kita berpikir, "Asalkan bukan aku yang terkena masalah, ya berarti bukan urusanku." Nah, jika kita pernah berpikir seperti itu, artinya, kita tak ada bedanya dengan orang-orang yang egois di luar sana. Karena, sesekali kita perlu bersimpati. Sesekali kita perlu berempati. Hidup ini tidak hanya dihuni oleh diri sendiri. Ada banyak manusia lain di bumi selain kita. Jadi, berhenti bersikap egois. Buka mata, buka telinga. Jangan selalu seolah tuli dan berpura-pura buta. Sesekali manusia perlu merasakan apa yang orang lain rasakan agar bisa mengerti bagaimana rasanya ketika tengah terjatuh lalu kemudian dicampakkan. Itu

Pelangi Putih - Kumpulan Cerpen Leci Seira

Pelangi Putih Karya Leci Seira        Tampaknya langit menolak bersahabat dalam waktu singkat. Pantulan warna kelabu hampir memenuhi seisi kota. Gemuruh pun sudah berulang kali memperdengarkan keperkasaannya di balik mega. Belum lagi curahan kesedihan dari langit yang semakin lama semakin bertambah intensitasnya.  Di sebuah halte bus, seorang gadis remaja tengah melenguhkan napas beberapa kali. Air mukanya kesal karena mendapati dirinya terjebak di sana. Karena ia bangun kesiangan hari ini, ia terpaksa terjebak hujan di halte itu dan sepertinya harus melewati kelas pertamanya. Ia mengalihkan pandangannya pada ponsel ditangannya. Berharap ada pesan masuk atau apapun yang mengabarkan bahwa perkuliahan hari ini dibatalkan karena hujan deras. Namun, siapa yang peduli itu? Selama dosen bisa datang, maka mahasiswa tidak bisa memutuskan seenaknya.  Perut gadis itu tiba-tiba berbunyi. Ia melirik arlojinya, lalu dahinya mengerut sembari menghela napas. Sudah pukul delapan pagi. Ia

Tujuh Alasan Kenapa Saya Menulis. Kalau Kamu Bagaimana?

Assalamu'alaykum penulis-penulis hebat.. Wah ... ini perdana saya nulis blog loh, hihi :D Semoga tulisan saya bisa bermanfaat bagi teman-teman semuanya ya :) Aamiin.. Hari ini, saya akan membahas mengenai "7 Alasan Kenapa Saya Menulis." Nah, teman-teman disini pernah gak sih, mikirin alasan kenapa kita harus menulis? Pengin nulis, tapi gak punya alasan kuat untuk memulainya. Kalau pernah, hari ini saya akan kasih tau alasan kuat kenapa kita sebagai manusia harus menulis. Ini alasan saya lho, kalau teman-teman mau jadikan bahan renungan, Alhamdulillah banget. Tapi kalau temen-temen gak setuju, itu hak temen-temen ya. Hehe.. Ikuzo... 1. Berdakwah Lewat Tulisan     Jujur saja, sampai sekarang, ini menjadi alasan terkuat saya kenapa menulis. Saya sangat ingin menebarkan kebaikan melalui tulisan-tulisan saya. Saya bukanlah orang yang bisa memberikan motivasi secara langsung, atau menebarkan kebaikan secara langsung (terkadang juga bisa sih, hehe). Hanya saja, ket