Langsung ke konten utama

Menjadi Sahabat Al-Qur'an

 Menjadi Sahabat Al-Qur'an 

Oleh : @leciseira



Pernah tebersit di pikiranku untuk menjadi seorang yang senantiasa bisa bersahabat dengan Al-Qur'an. Yang tak pernah bosan meski selalu membacanya berulang-ulang. Yang tak pernah lelah menghafalnya meski dalam keadaan iman yang lemah. Yang tak pernah berhenti melafalkannya meski tubuh telah tak berdaya. 


Sungguh, aku ingin bisa bersahabat dengan Al-Qur'an. Namun, mengapa rasanya begitu sulit? Mengapa aku lebih suka berlama-lama melihat beranda media sosialku dibandingkan berlama-lama melantunkan ayat-ayat yang sebenarnya senantiasa mampu menyejukkan hatiku? Ya Allah, ada apa dengan diriku? Ada apa dengan hatiku?


Sungguh, aku ingin bisa menjadi sahabat Al-Qur'an. Yang semangatnya tak pernah melemah dalam menghafalkannya. Yang semangatnya tak pernah berkurang meski banyak godaannya. Namun, mengapa rasanya sulit sekali? Mengapa sulit untuk mengalahkan nafsu dan kemalasanku sendiri? 


Ya Allah. Tolonglah hamba. Izinkan hamba agar bisa bersahabat dengan Al-Qur'an. Agar kelak ketika hamba ditanyai oleh malaikat di alam kubur, Al-Qur'an dapat menjadi sahabat yang setia menemani hamba. Yang setia menenangkan hamba dari ketakutan. Yang setia menyelamatkan hamba dari siksaan. 


Ya Allah. Izinkan hamba untuk menjadi sahabat Al-Qur'an. Izinkan hamba untuk menjadi lebih dekat dengan Al-Qur'an. 



~Leci Seira 

Stabat, 19 September 2020 




#MujahidahWriter 

#InspiratorMuslimah 

#Day6


Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Jaga Lidahmu!" Hati-hati Membunuh Orang Lain dengan Perkataan!

"JAGA LIDAHMU!" Pernah denger kan, kutipan yang mengatakan bahwa "Lidah itu lebih tajam daripada pedang." Yap, itu bener. Bener banget  malah. Jadi, itu sebabnya kita mesti jaga lidah kita. Supaya nggak nyakitin hati orang lain! Lah, kok gitu? Iya! Karena, kita nggak akan pernah tau, sejauh mana perkataan kita bisa menyakiti hati orang lain. Kita nggak akan pernah tau, sejauh mana perkataan kita bisa membunuh mimpi orang lain. Dan kita nggak akan pernah tau, sejauh mana perkataan kita bisa melukai perasaan orang lain. Hei, nggak semua orang punya hati yang kuat! Banyak juga yang hatinya lemah. Yang nggak bisa denger kalimat kasar sedikit aja. Yang nggak bisa denger kritikan secuil aja. Yang nggak bisa denger hinaan sekelebat aja. Ada banyak orang yang hatinya lemah. Yang hatinya mudah terluka. Yang hatinya mudah merasa. Lantas, abis denger kalimat kita, jadi terpuruk, banyak pikiran, bahkan sampai sakit-sakitan. Nah, lho, ngeri, kan? I...

Tujuh Alasan Kenapa Saya Menulis. Kalau Kamu Bagaimana?

Assalamu'alaykum penulis-penulis hebat.. Wah ... ini perdana saya nulis blog loh, hihi :D Semoga tulisan saya bisa bermanfaat bagi teman-teman semuanya ya :) Aamiin.. Hari ini, saya akan membahas mengenai "7 Alasan Kenapa Saya Menulis." Nah, teman-teman disini pernah gak sih, mikirin alasan kenapa kita harus menulis? Pengin nulis, tapi gak punya alasan kuat untuk memulainya. Kalau pernah, hari ini saya akan kasih tau alasan kuat kenapa kita sebagai manusia harus menulis. Ini alasan saya lho, kalau teman-teman mau jadikan bahan renungan, Alhamdulillah banget. Tapi kalau temen-temen gak setuju, itu hak temen-temen ya. Hehe.. Ikuzo... 1. Berdakwah Lewat Tulisan     Jujur saja, sampai sekarang, ini menjadi alasan terkuat saya kenapa menulis. Saya sangat ingin menebarkan kebaikan melalui tulisan-tulisan saya. Saya bukanlah orang yang bisa memberikan motivasi secara langsung, atau menebarkan kebaikan secara langsung (terkadang juga bisa sih, hehe). Hanya saja, ket...

Tuhan, Aku Merindukannya - Senandika Rindu

Hai, Fer. Aku rindu. Namun, sepertinya hingga kini aku masih tak bisa menitipkan rinduku untukmu. Tak apa. Sekarang aku sudah baik-baik saja. Lihat, aku sudah bisa tersenyum. Baiklah, maaf. Aku tahu, kesedihan ini masih kupendam sendirian. Kukubur dalam-dalam agar tak seorang pun mengetahuinya.  Kau tahu? Aku tak ingin membuatmu bersedih. Aku tak ingin membuatmu terluka. Setidaknya ... tidak lagi setelah kau pergi.  Aku sangat ingin membagikan kisah ini pada dunia, tapi ... hei. Aku tak tahu entah harus dari mana kisah ini dimulai. Bagiku, sejak kepergianmu, kisah ini sudah berakhir. Tak ada lagi yang tersisa. Tak ada lagi yang harus aku katakan. Kau tahu? Seberapa sesak rindu yang selama ini menghinggapi dadaku?  Hei, Fer. Aku masih ingat senyum yang kau sunggingkan malam itu. Indah sekali. Rasanya, jika saja aku tahu kau akan pergi, aku tak akan pernah lepas dari senyum itu. Akan aku simpan rapat-rapat dalam memoriku. Agar aku tak akan pernah melupakannya. Jika saja aku...