Jalan Pilihan
Oleh : @leciseira
Ada banyak alasan yang membuatku menuliskan ini. Pertama, aku harap tulisan sederhanaku ini bisa senantiasa menjadi pengingat bagi diriku sendiri. Menyadarkanku kembali bahwa aku masih menjadi manusia yang berlumur dosa. Aku masih menjadi manusia yang senantiasa berbuat salah. Jadi, aku membutuhkan penguat agar bisa terus berpegang pada kebaikan. Agar meski banyak godaan yang menerpa pun, aku tak akan mudah goyah. Aku tak akan mudah menyerah.
Sejak aku memilih menapaki jalan ini, jujur saja, aku selalu takut jika aku akan sendiri. Pada zaman ini, banyak orang yang berusaha memperbaiki diri akhirnya perlahan akan terasingkan. Dijauhi dari khalayak karena terlalu berpegang teguh pada iman. Tak gaul, tak keren. Begitu katanya. Namun, banyak orang yang selalu menguatkanku. Mengatakan dengan lembut bahwa pada akhirnya Islam memang akan kembali dalam keadaan asing. Seperti ketika datang yang juga dalam keadaan asing.
Sebenarnya, ada banyak hal yang aku sesali dalam hidup. Tentang mengapa aku terlalu terlambat untuk memutuskan teguh di jalan ini. Jalan hijrah yang semakin mendekatkan diri pada Ilahi. Mengapa tak lebih awal aku bertemu dengan orang-orang yang bersedia membantuku berjalan untuk berubah? Mengapa tak lebih awal hatiku menerima segala aturan yang diperintahkan Sang Khalik?
Jujur, aku menyesal. Seandainya aku berpindah dari zona nyaman jauh lebih cepat. Mungkin, sejak lama telah kutemukam kedamaian yang mengisi rongga hati seperti saat ini. Namun, takada kata terlambat untuk berubah. Benar, kan? Aku mempelajari itu dari banyak orang.
Jadi, aku akan terus berjalan. Meski terkadang rasa lelah menghampiri. Namun, aku tak akan pernah berhenti. Beruntung, banyak sekali teman yang mau membantuku untuk terus berjalan. Mengingatkanku bahwa ada sebuah tempat yang akan menjadi tujuan akhir hidup ini. Surga, di mana semuanya akan abadi.
Ini catatan perjalananku. Tentang betapa beratnya hijrah bagiku. Tentang betapa beratnya nenahan godaan dan nafsu. Tentang betapa inginnya aku menyerah ketika iman tengah melemah. Tentang betapa inginnya aku berhenti saat tengah putus asa. Ini catatan sederhana. Ditulis oleh seseorang yang masih berlumur dosa.
Kepada siapa pun yang membacanya, aku harap bisa mengambil sedikit hikmah di dalamnya. Jika ada hal yang salah, semuanya murni karena aku yang hanya manusia biasa. Jika ada kebaikan yang terselip di dalamnya, itu semua karena izin Allah semata.
Bismillah. Hamasah. 🔥
~Leci Seira
Stabat, 14 September 2020
#MujahidahWriter
#InspiratorMuslimah
#Day1
Komentar
Posting Komentar