Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

Self Motivation-Jangan Bersedih. Ada Allah.

Pernah, nggak sih? Kita berada di titik yang bener-bener jatuh? Tapi, saat itu, semua orang cuma lihatin kita. Nggak ada yang peduli sama sekali. Kita cuma bisa nangis, nangis, nangis. Ya, kita memang hidup di zaman yang kejam. Zaman di mana orang-orang hanya memikirkan dirinya sendiri. Tetapi, sesekali kita juga butuh berkaca pada diri sendiri. Pernah nggak, kita berpikir, "Asalkan bukan aku yang terkena masalah, ya berarti bukan urusanku." Nah, jika kita pernah berpikir seperti itu, artinya, kita tak ada bedanya dengan orang-orang yang egois di luar sana. Karena, sesekali kita perlu bersimpati. Sesekali kita perlu berempati. Hidup ini tidak hanya dihuni oleh diri sendiri. Ada banyak manusia lain di bumi selain kita. Jadi, berhenti bersikap egois. Buka mata, buka telinga. Jangan selalu seolah tuli dan berpura-pura buta. Sesekali manusia perlu merasakan apa yang orang lain rasakan agar bisa mengerti bagaimana rasanya ketika tengah terjatuh lalu kemudian dicampakkan. Itu

Pelangi Putih - Kumpulan Cerpen Leci Seira

Pelangi Putih Karya Leci Seira        Tampaknya langit menolak bersahabat dalam waktu singkat. Pantulan warna kelabu hampir memenuhi seisi kota. Gemuruh pun sudah berulang kali memperdengarkan keperkasaannya di balik mega. Belum lagi curahan kesedihan dari langit yang semakin lama semakin bertambah intensitasnya.  Di sebuah halte bus, seorang gadis remaja tengah melenguhkan napas beberapa kali. Air mukanya kesal karena mendapati dirinya terjebak di sana. Karena ia bangun kesiangan hari ini, ia terpaksa terjebak hujan di halte itu dan sepertinya harus melewati kelas pertamanya. Ia mengalihkan pandangannya pada ponsel ditangannya. Berharap ada pesan masuk atau apapun yang mengabarkan bahwa perkuliahan hari ini dibatalkan karena hujan deras. Namun, siapa yang peduli itu? Selama dosen bisa datang, maka mahasiswa tidak bisa memutuskan seenaknya.  Perut gadis itu tiba-tiba berbunyi. Ia melirik arlojinya, lalu dahinya mengerut sembari menghela napas. Sudah pukul delapan pagi. Ia