Langsung ke konten utama

Mungkin Ada yang Salah dari Hati Kita

 Mungkin Ada yang Salah dari Hati Kita 

Oleh: @leciseira


Terkadang, kita sering sekali tidak mau mengerti situasi orang lain. Padahal, kita selalu saja ingin dimengerti. Kita sering berburuk sangka, tetapi anehnya kita benci ketika orang lain berburuk sangka pada kita. Kita sering sekali egois, semuanya hanya memikirkan diri sendiri. 


Kita selalu merasa menjadi yang paling benar. Kita selalu sulit memaafkan seolah diri sudah menjadi yang paling suci dari dosa dan kesalahan. Kita selalu bersikap seolah kita adalah manusia panutan yang tak pernah mencicipi pahitnya dampak dari kesalahan yang kita lakukan. 


Terkadang, kita sering lupa bahwa kita masih berstatus manusia yang banyak salah. Namun, masih saja kita sombong dan tidak mau memaafkan kesalahan orang lain. Berdalih bahwa itu dilakukan karena telah terluka begitu parah. Padahal, semua luka yang masih membekas di hati terjadi karena kita tak mencoba mengobati. 


Kita lebih suka langsung melempar tuduhan dibanding bertanya dengan hati dan kepala dingin. Belum lagi langsung merasa berkuasa padahal baru sedikit diberi jabatan. Selalu merasa bahwa pemilik jabatan tertinggi boleh melakukan apa saja dan yang hanya bawahan tak boleh menyangkal semua kekeliruan dan tak pantas mendapat perlakuan baik. 


Ada apa? Apa yang salah dengan diri kita? Mengapa selalu saja menjadikan kekuasaan sebagai cara untuk menindas orang lain? Sudah merasa besar sehingga bebas memerintah, bebas memarahi, bebas menuduh, dan pada akhirnya malah memilih untuk menarik diri. Bersikap seolah yang paling merasa kecewa dan tersakiti. Bersikap seolah diabaikan. Bersikap seolah menjadi manusia paling terluka. Dan, uniknya ketika pihak yang tidak memiliki kekuasaan meminta maaf, dengan seenaknya mengabaikan hanya karena merasa sudah tersakiti begitu dalam. Lantas tidak memedulikan. 


Lalu, apa mau kita? Ingin orang lain meminta maaf atas kesalahannya, mengakui kesalahannya? Namun, mengapa setelah mereka melakukannya, kita bersikap seolah takada yang perlu dimaafkan? Kita bersikap angkuh seolah hidup sendirian pun tidak masalah. Hei, mungkin ada yang salah dari hati kita. Pasti ada yang salah dengan hati kita. Silakan ditilik lebih dalam dan cari sumber masalahnya. Mungkin ada setitik noda yang selama ini tak terlihat netra sehingga kita selalu bersikap sesuka hati. Merasa yang paling benar dan tak mau memaafkan kesalahan. 


Astagfirullah. Semoga Allah menjauhkan kita dari sikap angkuh. Dari sikap yang selalu menyalahgunakan kekuasaan. Dari sikap sombong atas segala pencapaian. Semoga Allah senantiasa melindungi hati. Agar tidak ternoda oleh pemikiran kita yang merasa paling suci. 




~Leci Seira 

Medan, 28 November 2020 



#MujahidahWriter 

#InspiratorMuslimah 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tujuh Alasan Kenapa Saya Menulis. Kalau Kamu Bagaimana?

Assalamu'alaykum penulis-penulis hebat.. Wah ... ini perdana saya nulis blog loh, hihi :D Semoga tulisan saya bisa bermanfaat bagi teman-teman semuanya ya :) Aamiin.. Hari ini, saya akan membahas mengenai "7 Alasan Kenapa Saya Menulis." Nah, teman-teman disini pernah gak sih, mikirin alasan kenapa kita harus menulis? Pengin nulis, tapi gak punya alasan kuat untuk memulainya. Kalau pernah, hari ini saya akan kasih tau alasan kuat kenapa kita sebagai manusia harus menulis. Ini alasan saya lho, kalau teman-teman mau jadikan bahan renungan, Alhamdulillah banget. Tapi kalau temen-temen gak setuju, itu hak temen-temen ya. Hehe.. Ikuzo... 1. Berdakwah Lewat Tulisan     Jujur saja, sampai sekarang, ini menjadi alasan terkuat saya kenapa menulis. Saya sangat ingin menebarkan kebaikan melalui tulisan-tulisan saya. Saya bukanlah orang yang bisa memberikan motivasi secara langsung, atau menebarkan kebaikan secara langsung (terkadang juga bisa sih, hehe). Hanya saja, ket

Ya Allah. Aku Iri. Aku Cemburu

 Ya Allah. Aku Iri. Aku Cemburu  Oleh : @leciseira  Setiap kali aku melihat banyak orang yang selalu sanggup berlama-lama berinteraksi dengan Al-Qur'an, aku selalu cemburu. Aku iri. Mengapa aku tak bisa menjadi seperti mereka? Mengapa aku selalu malas melakukannya?  Setiap kali aku melihat banyak orang yang mampu konsisten menutup auratnya, aku selalu iri. Aku cemburu. Mengapa rasanya sulit sekali bagiku untuk melakukannya? Padahal, jauh di dalam lubuk hatiku, aku pun ingin melakukannya. Namun, selalu ada bagian dari hatiku yang seolah memberontak. Meski pemberontakan itu sudah berhasil aku kalahkan pun, selalu ada pihak yabg membuatku tak bisa menutup aurat dengan sempurna. Ya Allah, sesulit inikah jalan hijrahku?  Aku iri. Aku cemburu. Dengan banyak hati yang mampu menjaga kesuciannya. Sedangkan aku masih suka memendam perasaan yang tak seharusnya. Masih suka mengizinkan diriku jatuh cinta terlalu dalam selain pada-Nya.  Ya Allah. Aku cemburu. Aku iri. Mengapa sulit sekali menjad

"Jaga Lidahmu!" Hati-hati Membunuh Orang Lain dengan Perkataan!

"JAGA LIDAHMU!" Pernah denger kan, kutipan yang mengatakan bahwa "Lidah itu lebih tajam daripada pedang." Yap, itu bener. Bener banget  malah. Jadi, itu sebabnya kita mesti jaga lidah kita. Supaya nggak nyakitin hati orang lain! Lah, kok gitu? Iya! Karena, kita nggak akan pernah tau, sejauh mana perkataan kita bisa menyakiti hati orang lain. Kita nggak akan pernah tau, sejauh mana perkataan kita bisa membunuh mimpi orang lain. Dan kita nggak akan pernah tau, sejauh mana perkataan kita bisa melukai perasaan orang lain. Hei, nggak semua orang punya hati yang kuat! Banyak juga yang hatinya lemah. Yang nggak bisa denger kalimat kasar sedikit aja. Yang nggak bisa denger kritikan secuil aja. Yang nggak bisa denger hinaan sekelebat aja. Ada banyak orang yang hatinya lemah. Yang hatinya mudah terluka. Yang hatinya mudah merasa. Lantas, abis denger kalimat kita, jadi terpuruk, banyak pikiran, bahkan sampai sakit-sakitan. Nah, lho, ngeri, kan? I